Komponen Keterampilan Kognitif Peserta Didik

Menurut Gagne (dalam Pannen 1997, 3–4), strategi kognitif adalah kemampuan internal yang terorganisasi yang dapat membantu siswa dalam proses belajar, proses berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Strategi kognitif didasarkan pada paradigma konstruktivisme dan pengalaman-pengalaman praktis dilapangan. Hakikat dari paradigma konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menjadikan informasi.

Siswa ideal menurut paradigma ini adalah seorang pelajar yang memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri (self regular learner). Self regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar yang efektif atau biasa disebut academic learning skill, yang dipadu dengan kontrol diri dan motivasi yang tetap terpelihara.

Bacaan Lainnya

Terdapat berbagai jenis strategi kognitif yang digunakan oleh peserta didik dalam belajar dan memecahkan masalah, yaitu pertama, chunking. Strategi chunking dilakukan dengan cara mengorganisasikan materi secara sistematis melalui proses mengurutkan, mengklasifikasikan, dan menyusun. Strategi ini dipandang dapat membantu peserta didik dalam mengelolah informasi yang sangat banyak atau proses yang sangat kompleks.

Kedua, spatial. Strategi spatial merupakan strategi untuk menunjukkan hubungan antara satu hal dengan hal yang lain. Strategi ini meliputi strategi pembingkaian (framing), dan pemetaan kognitif (congnitive mapping). Ketiga, multipurpose, merupakan strategi kognitif yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain rehearsal, imagery, dan mnemonics (Pannen 1997).

Baca Juga :  Ide-Ide Dan Strategi Manajemen Madrasah Ibtidaiyah

3. Gaya Kognitif

Gaya kognitif adalah karakteristik individu dalam penggunaan fungsi kognitif (berfikir, mengingat, memecahkan masalah, membuat keputusan, mengorganisasi dan memproses informasi, dan seterusnya) yang bersifat konsisten dan berlangsung lama. Menurut Woolfolk didalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan mengorganisir informasi (Woolfolk 1997). Setiap individu akan memilih cara yang lebih disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *