Karakteristik Perkembangan Emosi Sosial dan Spiritual

Lewis dan Rosenblam (Stewart, 1985) mengutarakan proses terjadinya emosi atau mekanisme emosi melalui lima tahapan (Alison Clarke-Stewart, Susan Friedman, and Joanna Barbara Koch 1985), yaitu (1) elicitors, yaitu adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa; (2) receptors, yaitu aktivitas dipusat system syaraf; (3) state, yaitu perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisiologi; (4) expression, yaitu terjadinya perubahan pada daerah yang diamati, seperti pada wajah, tubuh, suara atau tindakan yang terdorong oleh perubahan fisiologis; dan (5) experience, yaitu persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya.

Lebih lanjut, Syamsuddin (2000) menggambarkan mekanisme emosi dalam rumusan yang lebih ringkas. Emosi adalah gabungan lima komponen (elicitors, receptors, state, expression, experience), yang kemudian dibagi dalam tiga variabel, yaitu (1) variabel stimulus, merupakan rangsangan yang menimbulkan emosi disebut sebagai variabel stimulus; (2) variabel organik, merupakan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi saat mengalami emosi disebut sebagai variabel organik; dan (3) variabel respon, merupakan pola sambutan ekspresif atas terjadinya pengalaman emosi disebut sebagai variabel respon.

Bacaan Lainnya

Perkembangan sosial emosianal anak memiliki keterkaitan dengan aspek perkembangan lainnya, baik fisik maupun mental (Nurmalitasari 2015). Keterkaitan tersebut dapat diketahui dari peningkatan kemampuan yang saling melengkapi. Emosi juga mempengaruhi kegiatan mental seperti konsentrasi, pengingatan, penalaran.

Mungkin anak akan menghasilkan prestasi di bawah kemampuan intelektualnya, apabila emosinya terganggu, sedangkan secara psikologis efek dari tekanan emosi akan berpengaruh pada sikap, minat, dan dampak psikologis lainnya. Berdasarkan pada paparan diatas, penting untuk orang dewasa lain yang ada di sekitar anak usia dini, mengetahui bahwa kondisi emosi mereka dapat diketahui dari perilaku yang dimunculkan anak.

Baca Juga :  Peran Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Sedangkan proses pembentukan perkembangan sosial dimulai sejak bayi, dan itu merupakan pondasi yang terus berlanjut hingga usia lanjut usia. Jika tugas psikososial tidak tuntas di fase yang ditentukan maka itulah yang menjadi sumber masalah gangguan dalam perkembangan sosial. Salah satu tokoh psikologi perkembangan yang merumuskan teori perkembangan sosial peserta didik adalah Erik Erikson. Erikson berpendapat bahwa sepanjang sejarah hidup manusia, setiap orang mengalami tahapan perkembangan dari bayi sampai dengan usia lanjut (Krismawati 2014, 49).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *