Karakteristik Perkembangan Emosi Sosial dan Spiritual

Perkembangan sepanjang hayat tersebut diperhadapkan dengan delapan tahapan yang masing-masing mempunyai nilai kekuatan yang membentuk karakter positif atau sebaliknya, berkembang sisi kelemahan sehingga karakter negatif yang mendominasi pertumbuhan seseorang. Erikson menyebut setiap tahapan tersebut sebagai krisis atau konflik yang mempunyai sifat sosial dan psikologis yang sangat berarti bagi kelangsungan perkembangan di masa depan (Ratnawulan 2018).

Adapun perkembangan spiritual keagamaan dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu: pertama, the fairy tale stage (tingkat dongeng), dimulai 3-6 tahun. Konsep ketuhanan dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Hurlock (2012) menambahkan bahwa disebut sebagai tahap dongeng karena anak menerima semua keyakinanannya dengan unsur yang tidak nyata. Oleh karena itu, cerita-cerita agama dan kebesaran upacara agama sangat menarik anak-anak.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Perkembangan Emosi, Sosial, dan Spiritual Peserta Didik

Kedua, the realistic stage (tingkat kenyataan), dimulai 7-12 tahun. Pada masa ini, anak mampu memahami konsep ketuhanan secara realistik dan konkrit. Sedangkan yang ketiga, the individual stage, terjadi pada usia remaja dimana pada masa ini situasi jiwa mendukung untuk mampu berfikir abstrak dan kesensitifan emosinya. Pemahaman ketuhanan dapat ditekankan pada makna dan keberadaan Tuhan bagi kehidupan manusia (Jalaluddin 2010).

James Fowler (dalam Desmita 2010) merumuskan theory of faith didasarkan pada teori perkembangan psikososial Erikson yang mengacu pada tahapan kehidupan yang terdiri dari 7 tahap perkembangan agama, yakni:
• Tahap prima faith merupakan Tahapan kepercayaan ini terjadi pada usia 0-2 tahun yang ditandai dengan rasa percaya dan setia anak pada pengasuhnya. Kepercayaan ini tumbuh dari pengalaman relasi mutual. Berupa saling memberi dan menerima yang diritualisasikan dalam interaksi antara anak dan pengasuhnya.

Baca Juga :  Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Dini

• Tahap intuitive-projective merupakan Tahapan yang berlangsung antara usia 2-7 tahun. Pada tahap ini kepercayaan anak bersifat peniruan, karena kepercayaan yang dimilikinya masih merupakan gabungan hasil pengajar dan contoh-contoh signifikasi dari orang-orang dewasa, anak kemudian berhasil merangsang, membentuk, menyalurkan, dan mengarahkan perhatian spontan serta gambaran intuitif dan proyektifitasnya pada ilahi.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *