Keterkaitan IPS dengan Ilmu-Ilmu Sosial

Perubahan dan berbagai permasalahannya di mulai dari lingkungan terdekat, dari yang kecil menjadi besar, dari yang sempit menjadi luas. dimulai dari keluarga, sekolah, sampai pada lingkungan masyarakat mulai dari desa, kecamatan, provinsi, negara, sampai dengan benua. Mulai dari lokal, nasional, hingga internasional.

Dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan akhirnya negara tetangga, kemudian negara dunia. Melalui pembelajaran IPS, tujuannya adalah mencoba membangun interaksi sederhana sehingga siswa dapat mengenal dan sadar bahwa kehidupan mereka berada diantara manusia, lingkungan, ruang, waktu, dan perubahan.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: IPS di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Ilmu-ilmu Sosial (social sciences) merupakan sumber konsep, teori, dan pengetahuan dalam membangun kajian-kajian pada IPS, karena pada hakikatnya IPS bukanlah sebuah bidang ilmu. IPS tidak memformulasikan teori-teori baru, IPS berusaha mengkaji hubungan timbal balik manusia (human relationship) dengan sesama manusia dan lingkungannya, kemudian dirancang secara instruksional di sekolah untuk mencapai tujuan Pendidikan (Rosdiah Salam dkk., 2016).

Untuk menganalisis kajian tersebut di perlukan pisau, dan pisau tersebut adalah konsep-konsep dari berbagai ilmu-ilmu sosial (selanjutnya disingkat IIS) yang memiliki keterkaitan untuk membanguan dialektika kajian materi pembelajaran IPS khususnya pada tingkat Pendidikan Dasar yang memang membutuhkan perilaku khusus.

Baca Juga :  Pengertian Shalat Berjama’ah

Baca Juga: Konsep Dasar Ilmu-Ilmu Sosial

Berbagai konsep IIS tersebut seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Politik, dan Psikologi sosial menjadi dasar awal bagi pendidik sebelum memberikan pembelajaran IPS.

Tidak semua konsep dan teori dari ilmu-ilmu sosial di terapkan sebagai kajian IPS, hanya konsep dan teori yang tepat sasaran berdasarkan tingkat dan kemampuan berpikir siswa. Secara singkat, dapat kita kemukakan persamaan IPS dan IIS adalah sama-sama berfokus pada kegiatan manusia sebagai objeknya (Mukminan dkk. 2002), dan harus dipastikan bertujuan untuk memanusiakan manusia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *