Penerapan Sikap Psikis Dalam Pembelajaran Melalui Pembiasaan Berfikir Kritis Di Sekolah Dasar

Faktanya berfikir kritis sebagai karakter bangsa atau negara yang cerdas harus dikembangkan di dunia persekolahan dasar sampai Perguruan Tinggi agar bisa .  Keterampilan berfikir kritis merupakan kemampuan dasar bertujuan untuk memecahkan masalah, penerapan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran itu sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berfikir kritis dalam suatu pembelajaran dapat meningkatkan prestasi peserta didik, bahwa pemikiran kritis sangat penting dalam proses belajar. Ada  2 fase dalam proses ini, yaitu yang pertama peserta didik dapat membangun fikirannya berupa gagasan dasar, prinsip dan teori yang melekat dalam konten. Fase ini disebut internalisasi. Fase kedua terjadi apabila peserta didik secara efektif menggunakan gagasan, prinsip, atau teori tersebut dalam kehidupan sebagai bentuk penerapan.  Guru harus mengembangkan kreativitasnya  untuk merumuskan kompetensi sikap psikis sesuai dengan karakteristik yang dihadapinya. Dan setiap guru harus dapat mengembangkan baik secara implisit ataupun eksplisit dalam setiap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP). Guru berkewajiban untuk menjadi teladan atau contoh yang baik bagi peserta didiknya dalam mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama. Dalam hal sosial pun, guru berkewajiban menjadi teladan bagi peserta didik dalam mengamalkan dalam berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, proaktif, peduli, seperti: gotong royong, kerja sama, toleransi, saling tolong menolong, dan damai. Dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Menerapakan sikap psikis dengan melakukan pembiasaan dan pemberian keteladanan dalam penyampaian materi di dalam kelas serta pembiasaan dalam berfikir kritis.  Dan nyatanya dalam buku pegangan guru dan peserta didik berdasarkan analisis penelitian masih kurang dalam melatih keterampilan untuk berfikir kritis, hal ini bisa dilihat dari kurangnya pertanyaan atau kegiatan yang dapat memfasilitasi peserta didik dalam melatih keterampilan untuk berfifkir kritis.

Pos terkait