Teori, Model dan Strategi Kognitif dalam pembelajaran

e.    Teori Metakognisi
Metakognisi adalah kogisi tentang kognisi atau “mengetahui tentang mengetahui” (Flavel, 1999; Flavel, Miller, & Miller, 2002, Santrock, 2007: 340). Metakognisi mengacu pada pengontrolan kesadaran yang disengaja pada aktifitas kognitif (Brown, 1980; Matlin, 2009; Schunk, 2012: 400). Aktifitas metakognisi terjadi saat murid secara sadar mengetahui dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan memikirkan sesuatu tujuan.
Terdiri dari dua rangkaian kemampuan yang berhubungan
1)    Orang-orang harus paham kemampuan, strategi, dan sumber apa yang dibutuhkan dalam sebuah tugas. Caranya adalah
a)    Menemukan ide pokok,
b)    Melatih informasi,
c)    Membentu asosiasi atau gambaran
d)    Menggunakan teknik mengingat
e)    Mengorganusir materi
f)    Mencatat dan menggaris bawahi, dan
g)    Menggunakan teknik uji coba.
2)    Setiap orang harus tahu bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan- kemampuan dan strategi tersebut untuk memastikan agar tugas bisa diselesaikan dengan sempurna. Aktifitas pengawasan ini mencakup
a)    Pengecekan tingkat pemahaman
b)    Memprediksi hasil
c)    Mengevaluasi keefektifan usaha
d)    Merencanakan kegiatan
e)    Memutuskan bagaimana mengatur waktu
f)    Merevisi atau mengganti dengan kegiatan yang lain untuk mengatasi kesulitan
Metakognisi berkembang perlahan, kemampuan metakognisi berkembang sekitar usia 5 hingga 7 tahun dan berlanjut ketika anak disekolah, meski terdapat keberagaman.
2.    Model Kognitif
a. Proses pemodelan
Pemodelan (modeling) adalah sebuah komponen yang sangat penting dalam teori kognitif sosial mengacu pada perubahan-perubahan perilaku, kognitif, dan afektif yang diperoleh dari mengamati satu atau lebih model (Rosenthal & Bandura 1978; Schnuk, 1987, 1998; Zimmerman, 1977; Schunk, 2012: 168) Dulu pemodelan disamakan dengan peniruan tetap pemodelan adalah konsep yang luas cakupannya.
1)    Peniruan
Sepanjang sejarah orang memandang peniruan sebagai sebuah sarana penting dalam meneruskan perilaku-perilaku pada orang lain (Rosenthal & Zimmerman, 1978).
a) Pemasilitasan respon
b)    Hambatan dan penghilangan hambatan
c)    Pembelajaran observasional
Pembelaaran observasional melalui pemodelan terjadi ketika pengamat menunjukkan pola-pola perilaku baru, yang ketika belum dihadapkan pada perilaku-perilaku model probabililtas keadiannya nol, bahkan motivasinya tinggi (Bandura, 1969). Mekanisme pokok dari pembelajaran ini adalah informasi tentang cara-cara menghasilkan perilaku yang baru disampaikan oleh model kepada pengamat. Pembelajaran observasional terdiri dari  empat proses;
a)    Perhatian
b)    Pemertahanan
c)    Produksi
d)    Motivasi
2)    Pembelajaran keterampilan kognitif
Gambaran-gambaran yang dimodelkan dari keterampilan konitif merupakan karakteristik-karakteristik standar dalam kelas. Dalam rangkaian pelajaran pada umumnya seorang guru menerangkan dan mendemonstrasikan keterampilan-keterampilan yang harus dipelajari siswa, dan setelah itu mengecek apakah siswanya telah memahami apa yang diajarkannya.
3)    Keterampilan pembelajaran motorik
Merupakan cara membangun sebuah model mental yang memberikan representasi konseptual dari keterampilan untuk menghasilkan respond an berperan sebagai standar untu respon-respon perbaikan yang diberikan setelah umpan balik diterima (Bandura, 1986; McCullgh, 1993; Weiss, Ebbeck, & Wiese-DuskBjornstal ,1993).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran dan praktik. Mengamati model tidak menjamin terjadinya pembelajaran atau menjamin bahwa perilaku-perilaku yang dipelajari akan dipraktikkan dilain kesempatan. Beberapa faktor mempenaruhi pembelajaran melalui pengamatan dan mempengaruhi praktik dari perilaku yang dipelajarai,

Baca Juga :  Strategi Guru Dalam Menanamkan Sikap Religius Dalam Pelajaran

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *