Pembelajaran matematika materi perkalian Menggunakan alat peraga untuk siswa mi/sd

Yang berarti materi yang diberikan hanya terarah pada kemampuan berpikir yang prosedural, komunikasi satu arah, pengaturan ruang kelas yang terkesan monoton, rendahnya kemampuan ketrampilan, mengandalkan pada buku peganagan, lebih dominan soal rutin, dan pertanyaan tingkat rendah.  Proses belajar mngajar yang seperti ini menjadikan pendidikan di Indonesia yang masih terkesan konvensional dan tertingal dengan beberapa negara lain, sehingga dapat membuat siswa menjadi pasif dalam proses belajar mengajar yang berakibat pada rendahnya hasil atau nilai yang diperoleh siswa pada proses belajar mengajar. Tran Vui (Shadiq, 2009:9) menyataka bahwa sebagian guru matematika di yang adaa Indonesia, dan sebagian para guru matematika di Asia Tenggara cenderung menggunakan model pembelajaran tradisional yang dikenal dengan beberapa istilah seperti: pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered approach), pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif (deductive teaching), ceramah (expository teaching), maupun whole class instruction. Padahal, terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai seorang yang memberi ilmu atau sumber ilmu sehingga siswa dianggap sabagai wadah yang akan diisi ilmu oleh guru. Padahal di era perkembangan zaman yang semakin pesat ini, jika seorang guru hanya menggunakan model pembelajaran yang konvesional maka pendidikan di Indonesia akan tertingal dengan negara-negara lainnya. Semua itu akhirnya berujung pada rendahnya hasil belajar Siswa, (Sastrawati:2011). 

Baca Juga :  Jatuh Cinta Bukanlah Pilihan

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *