Tabel 1.10
· Pertanyaan No.10: “Berani berbicara keras kepada guru”.
Pada pertanyaan ini yang terdapat dalam angket kuisioner, menujukkan ada 12 anak dari 26 peserta didik yang berani berbicara dengan intonasi yang keras kepada gurunya. Hal ini terjadi disebabkan kesalahan dari gurunya, sebab anak tidak mungkin membangkang ketika gurunya bersikap baik dan lembut kepada siswanya. Guru adalah orang tua kedua bagi anak, dikarenakan dari guru juga anak diajarkan utuk bersikap sopan santun, memiliki moral, etika, dll. Dalam akronim bahasa jawa guru adalah “digugu lan ditiru” hal ini sangat jelas sekali bahwa segala hal yang melekat pada guru tersebut akan diikuti oleh sang murid.penanaman moral tidak hanya dilakukan saat proses pembelajaran tetapi ketika diluar kelaspun juga bisa.ketika anak sudah memiliki nilai moral yang bagus sebgai guru harus membimbing agar anak tersebut tetap memiliki nilai moral. Karena ketika anak sudah memiliki dasar niali moral dia akan lebih mudah melakukan sesuatu[16].
Pada pertanyaan ini yang terdapat dalam angket kuisioner, menujukkan ada 12 anak dari 26 peserta didik yang berani berbicara dengan intonasi yang keras kepada gurunya. Hal ini terjadi disebabkan kesalahan dari gurunya, sebab anak tidak mungkin membangkang ketika gurunya bersikap baik dan lembut kepada siswanya. Guru adalah orang tua kedua bagi anak, dikarenakan dari guru juga anak diajarkan utuk bersikap sopan santun, memiliki moral, etika, dll. Dalam akronim bahasa jawa guru adalah “digugu lan ditiru” hal ini sangat jelas sekali bahwa segala hal yang melekat pada guru tersebut akan diikuti oleh sang murid.penanaman moral tidak hanya dilakukan saat proses pembelajaran tetapi ketika diluar kelaspun juga bisa.ketika anak sudah memiliki nilai moral yang bagus sebgai guru harus membimbing agar anak tersebut tetap memiliki nilai moral. Karena ketika anak sudah memiliki dasar niali moral dia akan lebih mudah melakukan sesuatu[16].